Oleh
: Septinus Tipagau
A.
Pendahuluan
Setiap warga Negara dalam kesehariannya
hamper selalu bersentuhan dengan Aspek-aspek politik praktis baik yang
bersimbol maupun tidak. Proses pelaksanaanya dapat terjadi secara langsung atau
tidak langsung. Secara tidak langsung, berarti sebatas mendengar informasi atau
berita – berita tentang pereistiwa politik yang terjadi. Secara langsung ,
berarti orang tersebut terlibat dalam peristiwa politik tertentu.
Kehidupan
politik yang merupakan bagian dari keseharian dalam interaksi antar warga Negara
dengan pemerintah institusi-institusi di luar pemerintah (non-formal) telah
menghasilkan dan membentuk variasi pendapat, pandangan dan pengetahuan tentang
praktik-praktik perilaku politik dalam semua system politik.
Budaya
politik merupakan bagian dari ebudayaan masyrakat dengan ciri-ciri yang lebih
khas. Istilah budaya politik meliputi masalah legitimasi, pengaturan kekuasaan,
proses gejolak masyrakat terhadap kekuasaan yang memerintah.
Dengan
demikian, budaya politik langsung mempengaruhi kehidupan politik dan menentukan
keputusan nasional yang menyangkut pola pengaokasian sumber-sumber daya
masyrakat.
B.
Pengertian
Budaya Politik
Budaya politik
merupakan system nilai dan keyakinan dimiliki bersama oleh masyarkat. Sikap
orientasi warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya, dan
sikap terhadap peranan warga negara di dalam sistem itu (G. A. Almond dan S.
Verba).
Sikap dan orientasi warga suatu negara terhadap kehidupan pemerintahan negara dan politiknya (Mochtar Masoed dan Colin MacAndrews). Suatu konsep yang terdiri dari sikap, keyakinan, nilai-nilai dan ketrampilan yang sedang berlaku bagi seluruh anggota masyarakat, termasuk pola-pola kecenderungan khusus serta pola-pola kebiasaan yang terdapat pada kelompok-kelompok dalam masyarakat (Almond dan Powell)
Sikap dan orientasi warga suatu negara terhadap kehidupan pemerintahan negara dan politiknya (Mochtar Masoed dan Colin MacAndrews). Suatu konsep yang terdiri dari sikap, keyakinan, nilai-nilai dan ketrampilan yang sedang berlaku bagi seluruh anggota masyarakat, termasuk pola-pola kecenderungan khusus serta pola-pola kebiasaan yang terdapat pada kelompok-kelompok dalam masyarakat (Almond dan Powell)
Berikut ini
adalah beberapa pengertian budaya politik yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk lebih
memahaminya secara teoritis.
a. Budaya
politik adalah aspek politik dari nilai-nilai yang terdiri atas pengetahuan,
adat istiadat, takhayul, dan mitos. Semuanya dikenal dan diakui oleh sebagian
besar masyrakat. Budaya politik tersebut memberikan alas an rasional untuk
menolak atau menerima nilai-nilai dan norma lain.
b. Budaya
politik dapat dilihat dari aspek doktrin dan aspek generiknya. Yang pertama
menekankan pada isi atau materi, seperti sosialisme, demokrasi, atau
nasionalisme.
c. Hakikat dan
ciri budaya politik yang menyangkut masalah nilai-nilai adalah prinsip
d. Bentuk
budaya poltik mdenyangkut siakp dan norma, yaitu sikap terbuka dan tertutup.,
tingkat militansi seseorang terhadap orang lain dalam pergaulan masyarakat.
Pengertian budaya politik diatas
tampaknya membawa kita pada suatu konsep yang memadukan dua tingkat orientasi
politik, yaitu system dan individu. Orientasi yang bersifat individual ini
tidak berarti bahwa dalam memandang system politiknya kita menganggap
masyarakat akan cenderung bergerak ke arah individualism. Jauh dari anggapan
yang demikian, pandangan ini melihat aspek individu dalam orientasi politik
hanya sebagai pengakuan akan adanya fenomena dalam masyarakat yang secara
keseluruhan tidak dapat melepaskan diri dari orientasi individual.
C. Pengertian Budaya Politik Menurut Para Ahli
Ada banyak sarjana ilmu politik yang
telah mengkaji tema budaya politik sehingga terdapat variasi konsep tentang
budaya politik yang kita ketahui. Namun bila diamati dan dikaji lebih jauh,
derajat/tingkat perbedaan konsep tersebut tidaklah begitu besar sehingga tetap
dalam satu pemahaman dan rambu-rambu yang sama. Berikut ini merupakan
pengertian budaya politik menurut beberapa ahli ilmu politik. Berikut ini
merupakan pengertian budaya politik menurut beberapa ahli ilmu politik.
a. Rusadi
Sumintapura
Budaya politik
tidak lain adalah pola tingkah laku individu dan orientasinya terhadap
kehidupan poltik yang dihayati oleh para anggota suatu system politik.
b. Sidney verba
Budaya
politik adalah suatu system kepercayaan empirik, symbol-symbol eksresif, dan nilai-nilai
yang menegaskan suatu situasi di mana tindakan politik dilakukan.
c. Alan R. Ball
Budaya
politik adalah suatu susunan yang terdiri dari sikap, kepercayaan, emosi dan
nilai-nilai masyarakat yang berhubungan denngan system politik dan isu-isu
politik.
d. Austin
ranney
Budaya
politik adalah seperangkat pandangan tentang politik dan pemerintahan yang
dipegang secara bersama-sama, sebuah pola orientasi terhadap objek-objek
politik.
e. Gabriel A.
Almond dan G. Bingham powell, Jr.
Budaya politik berisikan siakp,
keyakinan, nilai, dan keterampilan yang berlaku bagi seluruh populasi, juga
kecenderungan dan pola-pola khusus yang terdapat pada bagian-bagian tertentu
dari populasi.
Berdasarkan beberapa pengertian
tersebut diatas (dalam arti umum atau menurut para ahli), dapat ditarik
beberapa batasan konseptual tentang budaya politik sebagai berikut:
1.
Konsep budaya politik lebih memberi penekanan pada
perilaku-perilaku nonaktual seperti orientasi, sikap, nilai-nilai dan
kepercayaan-kepercayaan.
2.
Hal-hal yang diorientasikan dalam budaya politik
adalah sisitem politik, artinya pembicaraan tentang budaya politik tidak pernah
lepas dari pembicaraan tentang system politik.
3.
Budaya politik merupakan deskripsi konseptual yang
menggambarkan komponen-komponen budaya politik dalam tataran massif, atau
mendeskripsikan masyarakat di suatu Negara atau wilayah, bukan per individu.
Dengan memahami pengertian budaya
politik, kita akan memperoleh paling tidak dua mannfaat, yakni:
a.
Sikap warga Negara terhadap system politik akan
mempengaruhi tuntutan, tanggapan, dukungan, serta orientasinya terhadap system
politik itu.
b.
Hubungan antara budaya politik dengan system politik
atau factor-factor apa yang menyebabkan terjadinya pergeseran politik dapat
dimengerti.
D. Macam-Macam Budaya Politik Yang
Berkembang Di Masyarakat
Budaya politik elit
(terdiri dari kaum pelajar sehingga memiliki pengaruh dan lebih berperan dalam
pemerintahan) dan budaya politik massa (kurang memahami politik sehingga mudah
terbawa arus). Menurut Hebert Feith, sistem politik di Indonesia di dominasi
oleh budaya politik aristokrat Jawa dan wiraswasta Islam. Menurut C. Geertz di
Indonesia terdapat budaya politik priyayi, santri dan abangan.
E.
Tipe
- Tipe Budaya Politik
1.
Budaya Politik Parokial (Parochial
Political Culture)
Tipe
budaya politik yang orientasi politik individu dan masyarakatnya masih sangat
rendah, hanya terbatas pada satu wilayah atau lingkup yang kecil atau sempit.
Individu tidak mengharapkan apapun dari sistem politik dan tidak ada peranan politik yang bersifat khas dan berdiri sendiri. Biasanya terdapat pada masyarakat tradisional.
Individu tidak mengharapkan apapun dari sistem politik dan tidak ada peranan politik yang bersifat khas dan berdiri sendiri. Biasanya terdapat pada masyarakat tradisional.
2.
Budaya Politik Subjek (Subject Political
Culture)
Masyarakat
dan individunya telah mempunyai perhatian dan minat terhadap sistem politik. Meski
peran politik yang dilakukannya masih terbatas pada pelaksanaan
kebijakan-kebijakan pemerintah dan menerima kebijakan tersebut dengan pasrah, tidak
ada keinginan untuk menilai, menelaah atau bahkan mengkritisi.
3.
Budaya Politik Partisipan (Participant
Political Culture)
Merupakan
tipe budaya yang ideal. Individu dan masyarakatnya telah mempunyai perhatian, kesadaran
dan minat yang tinggi terhadap politik pemerintah.
sedangkan individu dan masyarakatnya mampu memainkan peran politik baik dalam proses input (berupa pemberian dukungan atau tuntutan terhadap sistem politik) maupun dalam proses output (melaksanakan, menilai dan mengkritik terhadap kebijakan dan keputusan politik pemerintah).
sedangkan individu dan masyarakatnya mampu memainkan peran politik baik dalam proses input (berupa pemberian dukungan atau tuntutan terhadap sistem politik) maupun dalam proses output (melaksanakan, menilai dan mengkritik terhadap kebijakan dan keputusan politik pemerintah).
4.
Budaya Politik Subjek Parokial (Parochial
Subject Political Culture)
Budaya
politik yang sebagian besar telah menolak tuntutan masyarakat feodal atau
kesukuan. Dan telah mengembangkan kesetiaan terhadap sistem politik yang lebih komplek
dengan stuktur pemerintah pusat yang bersifat khusus dan cenderung menganut
sistem pemerintahan sentralisasi.
5.
Budaya Politik Subjek Partisipan (Participant
Subject Political Culture)
Sebagian
besar masyarakatnya telah mempunyai orientasi input yang bersifat khusus dan
serangkaian pribadi sebagai seorang aktivis. Sementara sebagian kecil lainnya
terus berorientasi kearah struktur pemerintahan yang otoriter dan secara
relatif mempunyai serangkaian orientasi pribadi yang pasif.
6.
Budaya Politik Parokial Partisipan (Participant
Parochial Political Culture)
Berlaku di negara-negara berkembang yang yang masyarakatnya menganut budaya dalam stuktur politik parokial. Tetapi untuk keselarasan diperkenalkan norma-norma yang bersifat partisipan.
Berlaku di negara-negara berkembang yang yang masyarakatnya menganut budaya dalam stuktur politik parokial. Tetapi untuk keselarasan diperkenalkan norma-norma yang bersifat partisipan.
F.
Perkembangan
Budaya Politik Masyarakat Indonesia
Indonesia menganut
budaya politik yang bersifat parokial-kaula di satu pihak dan budaya politik
partisipan di pihak lain. Sikap ikatan primodalisme masih sangat mengakar dalam
masyarakat Indonesia. Masih kuatnya paternalisme dalam budaya politik Indonesia.
G.
Masa
Demokrasi Terpimpin
a.
Beberapa Kelebihan masa Demokrasi
Terpimpin :
1. Tidak
akan ada gejolak politik, karena hanya satu partai yg berkuasa.
2. Peraturan
pemerintahan sama di berbagai daerah sehingga lebih mudah diatur.
b.
Kelemahan masa Demokrasi Terpimpin :
1. Presiden
cenderung berkuasa mutlak sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan.
2. Penguasa
cenderung otoriter, karena tidak ada kontrol dari oposisi.
3. Penataan
kehidupan politik menyimpang dari tujuan awal, yaitu demokratisasi (menciptakan
stabilitas politik yang demokratis) menjadi sentralisasi (pemusatan kekuasaan
di tangan presiden).
Demikian
dalam kehidupan masyarakat, tidak tertutup kemungkinan bahwa terbentuknya
budaya politik merupakan gabungan ketiga klasifikasi tersebut di atas.
Sumber
:
1.
Pendidikan Kewarganegaraan Drs.Budiyanto,MM.)
2.
Politik Birokrasi di Indonesia (Prof.Dr.
Miftha Thoha)
3.
http://farrasnia-budayapolitikindonesia.blogspot.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar